Kamis, 06 Oktober 2011

Selasa, 05 April 2011

AYAH PKS Hari ini,tidak biasanya ibu belanja ke pasar tanpa di ikuti Dika,adik bungsu ku yang masih berumur lima tahun. Memang,setiap hari Dika tidak pernah mau di tinggalkan ibu kemana pun.Termasuk untuk pergi berbelanja,rapat orangtua di sekolah,ataupun sekedar membayar iuran listrik dan telepon. Tapi,itu semua menjadi suatu hal yang membuat aku tenang untuk tinggal di rumah.Suaranya yang selalu berisik dan sifatnya yang aktif,membuat aku kewalahan menjaganya seorang diri. “Aku maunya spombob!! Aku gak mau liat gunung!!”Dika merengek pada ku yang sedang melihat berita gunung merapi di televisi. “iya,kan spongbobnya lagi iklan! Nanti kalo udah nggak iklan,kakak pindahin!”Inilah sebabnya Dika tidak ikut ibu berbelanja hari ini,karena aku bujuk Dika dengan kartun spongbob yang setiap pagi sudah standby di layar tivi.Kasian juga ibu kalau setiap hari harus ke pasar mengajak Dika yang pasti rewel minta ini,itu.Dan untungnya,hari ini Dika berhasil di bujuk. “Ahhhh!!!!! Aku mau spombob!pokoknya aku mau spombob!!”Dika berteriak sambil menangis,kakinya menendang-nendang meja di sampingnya. “heh,berita itu penting.Gimana kalo tiba-tiba gunung meletus,kita nggak tau?”ujar ku dengan setengah berteriak. “Gunung lagi,gunung lagi.Aku maunya spombob!!”timpal Dika tidak menghiraukan nasehatku. “heh,jangan ribut terus! Ayah cape dengernya! Ngalah lah,sama adik kamu!”Ayah yang baru saja selesai mandi,langsung memarahi ku. “ayah,sekarang kan gunung merapi lagi bahaya! Kalo sampai abunya kena ke kita….” “ngalah sama adik mu! Berita kan bisa nanti siang!!” “…” “udah,sana!”teriak ayah tanpa memberiku kesempatan bicara. Beginilah ayah,selalu saja membela Dika,apapun kesalahan Dika,pasti ayah akan selalu membelanya.Dika itu anak laki-laki satu-satunya di keluarga kami.Aku,dan ke dua adik perempuan ku selalu merasa di anak tiri kan oleh ayah. “Tasya,mana makan pagi nya?”Tanya ku pada adik perempuan ku yang sudah duduk di kelas dua SMP. “di meja depan!”jawab Tasya singkat. “oh,roti kukus.Bagianku berapa?dua ya?” “nggak,kata ayah, Dika yang dapet dua!” “licik!!!!”umpat ku kesal. Ayah ku,sangat menyayangi Dika.mungkin rasa sayangnya pada Dika terlalu berlebih,sehingga tidak ada ruang yang lebar di hatinya untuk memberikan sayang pada Ku dan pada ke dua adik perempuanku.Bagaimana tidak,anak laki-laki yang di idam-idamkan sekian lama,akhirnya datang juga.Seringkali kami iri dan kesal pada Dika yang selalu mendapat kasih sayang melimpah dari ayah.Tapi untungnya,ada ibu yang selalu adil dalam membagi kasih sayangnya.Terkadang,aku merasa seperti tidak mempunyai ayah.Julukan Pilih Kasih,kini menjadi kata-kata ku setiap hari untuk perilaku ayah.Ya,Pilih Kasih,hanya memilih seseorang untuk di kasihi,padahal ayah harus membagi kasihnya pada tiga orang yang lain.Pilih Kasih,atau PKS adalah julukan yang terpaksa ku berikan untuk Ayah. **** “Ibu,liat buku matematika selly nggak?” “kan di meja belajar.masa nggak ada sih.”jawab ibu sambil terus memasak makan malam. “nggak ada, ibu.Selly ada pe er!!”rengek Selly. Selly anak yang sangat manis,dengan rambut ikal yang di potong pendek,dan senyum yang berlesung pipi,membuat Aku dan Tasya terkadang iri jika mendengar anak kelas tiga SD itu di puji oleh saudara kami yang datang ke rumah. “coba cari di ruang komputer!semalem kamu kan maen gem sama kak Tasya! Siapa tau kebawa ke sana!” Sambil terus merengek,Selly pergi ke ruang komputer dengan setengah berlari. “AAAAHHHH!!!!!! Ibu!!!!”tiba-tiba tangis Selly meledak kencang. Aku,Tasya dan Ibu segera menghampiri. Ternyata,disana Dika sedang asyik menggambar dengan menggunakan krayonnya di atas sebuah buku bertuliskan “Tugas Matematika”. Bletak!! Tempat disc yang cukup tebal itu tepat sasaran mengenai dahi Dika. “AAww!!”jerit Dika di iringi tangis. “Selly! Kenapa kamu? Udahlah,Dika masih kecil ! Bukunya kan bisa di ganti.”marah ibu meledak. “KALO GITU,GANTI SEKARANG!!”teriak Selly mulai meneteskan air mata. “Ayo ibu,jangan ngurusin Dika terus!!”tangis Selly makin keras. Maka,hari ini,hari yang di penuhi oleh tangisan Dika dan Selly yang berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian dari ibu. “Assalamualaikum!!! Ayah pulang!!” “kumsalam!! Ayah!!!!! Asik,ayah pulang!”teriak Dika sambil berlari ke depan pintu. “Dika! Ayah bawa mobil-mobilan buat Dika!! Gimana tadi di sekolah?” ucap ayah sambil mengendong Dika. “asik! Jadi banyak dong mobil Dika.Ayah,tadi di sekolah dika belajar senam loh!”celoteh Dika sambil beranjak turun dari gendongan.Lalu tanpa di suruh,Dika menunjukan gaya senamnya pada ayah.Aku sedikit iri melihat kedekatan Dika dan Ayah.Aku rindu di tanya-tanya seperti itu,rindu di gendong ayah. “wah,anak ayah pinter!” “yah, makan dulu yuk! Ibu udah masak dari tadi!”ibu menyambut ayah dari dapur. “yah,liat deh,kepala Dika benjol!”seru Dika sambil menunjuk dahinya. “ah masa? Mana coba ayah liat!”ucap ayah sambil mengambil nasi dari rice cooker. “oh,iya! Dahinya merah! Kenapa bu?” “di lempar tempat disc sama Selly.biasa,berantem lagi.”jawab ibu yang sedang menyuapi Selly di meja makan. “maaf ayah,Selly nggak sengaja.abis Dika nyoretin buku tugas Selly!”ungkap Selly pelan.Aku melihat wajah Selly penuh rasa takut. Aku berusaha mengalihkan pembicaraan yang mulai tidak enak ini. “yah,tadi di sekolah Reyna kan ada rapat orangtua.kenapa nggak ada yang dateng?”tanya ku sambil menatap mata ayah lekat-lekat. “padahal surat pemberitahuannya udah Reyna kasih dua hari lalu.” “ayah nggak bisa cuti.ibu juga sibuk harus jagain Dika.kamu kan bisa ikut rapat sendiri sama orangtua murid yang lain.belajar mandiri lah,sedikit!” sakit hatiku mendengarnya.Aku menyesal mengalihkan pembicaraan ke topik ini. “eh,iya,gimana Dika,benjolnya udah di obatin belum?”lanjut ayah sambil mengusap benjol di dahi Dika. “udah ayah,sakit banget.gara-gara kak celi sih!”ujar Dika yang masih belum lancar mengucapkan nama Selly. “iya Selly.nggak usah di bales! Kasian Dika kan masih kecil.gimana kalo kena matanya? Kamu mau punya sodara yang nggak bisa ngeliat? Kalo mau apa-apa itu di pikir dulu!kamu udah kelas tiga.masa kalah sama Dika,dia nggak pernah ngebales apa-apa kalo di pukul sama kamu!”bentak ayah sambil menjewer kecil telinga selly.Tasya lalu bergegas ke kamarnya,ku lihat dari tadi dia sangat tidak menikmati makan malamnya. “Ih,Dika juga sering mukul aku.kemaren dia mukul aku pake tempat pensilnya! Tapi nggak di marahin ayah!”Selly mulai membela diri. “udah Sely.jangan ngelawan.makan lagi yuk!”ibu menengahi. “ eh,kamu! Udah ayah bilang kan Dika masih kecil.belum ngerti apa-apa.kalo kamu masih galak sama saudara,nanti ayah jewer lagi telinga kamu sampe merah!”ucap ayah sambil mengambil sepotong ayam goreng. “ayah,ih! Jangan galak-galak!”ibu agak sedikit emosi. “bahaya bu,kalo nggak di marahin.bisa keterusan nanti!” Dan isakan Selly mulai terdengar perlahan. **** “ayah,hari ini kita mau ke taman lagi kan?”ajak Dika saat ayah sedang duduk-duduk di teras depan. Hari ini hari minggu,biasanya setiap hari minggu Dika dan Ayah selalu berolahraga sambil jalan-jalan ke taman di dekat kompleks perumahan kami. “yah,aku juga ikut ya! aku kan punya bola basket baru.pengen latihan dribel.”ucap Selly yang dari tadi sedang membantu ku menyiram bunga hebras merah di teras. “kamu sama kak Reyna aja,kalo nggak ajak kak Tasya.”ucap ayah datar tanpa melihat ke arah Selly sedikit pun. “Udah Sel,sama kakak aja.kakak juga mau latian dribel,nanti rabu depan ada tes basket.”kata ku. Terlihat wajah kesal Selly yang di sembunyikan dari ayah. “nanti kakak traktir es krim!”hibur ku. “asik! Dua ya kak!” Aku hanya bisa mengusap kepalanya,khawatir akan jadi apa dia kelak tanpa perhatian dari ayah. “ayah,minta uang dong!”Tasya yang baru saja selesai membantu ibu di dapur,langsung menghampiri ayah di teras. “buat apa?”Tanya ayah spontan. “besok ada pameran seni di balai kota.tiketnya 35 ribu.Tugas sekolah,terus senin depannya lagi ada ulangan.bahannya dari pameran besok.”Ucap Tasya seperti sedang menerangkan kembali apa yang di perintahkan gurunya. “nih,20 ribu dulu aja ya! nanti sisanya,kamu sih mintanya ngedadak.Ayah kan mau ke taman sama Dika.Nanti kalo Dika ngajak beli mainan,repot.nanti ya,abis ayah pulang olahraga sama Dika.” Aku ingat sekali,terakhir kali Selly di belikan mainan oleh ayah saat ia berumur tiga tahun.Sebuah boneka teddy bear besar yang kini sudah usang.sedangkan Dika,hampir setiap minggu di belikan Ayah mainan yang harganya bisa mencapai puluhan ribu.Memang,korban PKS ayah hanya bisa menahan rasa iri dan marah pada Dika. **** “Ibu,pusing!! Idung Dika mampet!!”rengek Dika yang sudah dua hari ini terbaring di tempat tidurnya. “sabar ya Dika,minum obat dulu yuk!”ucap ibu sambil menggendong Dika.Tapi Dika hanya menangis,menjerit merasakan sakitnya tanpa peduli betapa terganggunya Aku,Tasya dan Selly yang sudah mulai memasuki pekan ulangan tengah semester. “ibu,si Dika itu bisa nggak sih,kalo sakit nggak nangis!”Tasya yang sedang belajar di kamarnya,tiba-tiba datang menghampiri kamar Dika. “kamu ngerti sedikit Tasya,Dika kan masih kecil.belajarnya di atas aja ya,di kamar Selly!”perintah ibu dengan bijak. Beginilah yang terjadi selama dua hari ini,kami hanya di paksa menuruti apa yang di perintahkan ibu dan ayah demi kesembuhan Dika.walaupun terkadang ibu menyempatkan diri menemani kami belajar di kamar Selly di sela-sela kesibukannya. “tebak!Ayah bawa apa buat Dika? Supaya kamu cepet sembuh.”Ayah baru saja pulang dari kantor dengan membawa kantung plastik besar berisi penuh makanan yang kelihatannya terlalu enak untuk orang yang sedang sakit seperti Dika. “nggak mau ah,Dika nggak mau makan.”ucap Dika pelan. “ya udah,aku minta! Aku kan lagi sakit juga yah,idung ku mampet dari kemaren.”ucap ku sambil membawa segelas air putih untuk ayah. “ah,kamu kan udah gede.bisa minum obat yang pait.”jawab ayah dingin. ‘sakit nggak sakit juga kamu makannya banyak.” Ayah,yang tidak pernah peka apa maksud kata-kata ku.Aku hanya ingin ayah lebih perhatian kepada aku,Tasya,dan Selly. “Ayah,main monopoli lagi yuk!”Selly datang ke kamar Dika dengan membawa satu paket mainan monopoli. “Aku ikuuuutaaan!!!”rengek Dika tiba-tiba. “Kamu kan lagi sakit.udah tidur aja.”tolak Tasya. “iya,Dika.kalo kamu nanti nggak sembuh-sembuh,ayah sedih dong.”ujar Ayah sambil membelai halus rambut Dika. “yah,kalo Selly yang sakit,Ayah sedih nggak?”Tanya Selly tiba-tiba. “apaan sih,kamu.emangnya kamu mau sakit ya?kamu juga kan anak ayah.masa nggak sedih sih.” Setidaknya perasaan ku bahagia,masih ada rasa sayang Ayah yang bisa Selly miliki. “kak,kalo nanti Selly sakit,ayah bakal beliin makanan yang banyak nggak ya?”Bisik Selly pada ku. “ah,dasar Selly.kamu iri ya?” “iya kak,kayaknya enak tuh roti kejunya!” “ya,berarti kamu harus rela makan obat yang pait dong.”goda ku. “kalo itu sih,nggak mau.hahaha”celoteh Selly riang. “Ya ampun Selly! Apa-apaan kamu?baju seragamnya basah semua!”selly membuka pintu rumah dengan badan yang menggigil. “abisnya,nggak ada yang jemput.Selly takut sendirian di kelas.”jawabnya sambil terbatuk-batuk. “udah,sini!ibu buatin air panas.Reyna,bawain handuk sama kayuputih ya!”perintah ibu dengan cemas. Hari ini,aku ada jadwal latihan marching band di sekolah.Jadi,aku pulang ke rumah dua jam lebih lama dari biasanya. Aku pulang ke rumah sekitar pukul empat sore.Dan tidak lama setelah aku tiba di rumah,Selly datang dengan badan yang basah.Hari ini memang hujan.Hujan yang cukup deras itu membuat badan kecil Selly menggigil sampai terbatuk-batuk. “Bu,nafas Selly sesak.”ucap Selly di balik selimut tebalnya. “itu mungkin karena kamu pilek.” “tapi,dada Selly juga sakit.Apa itu karena batuk?”tanya Selly polos. “nggak tau ibu,ya udah besok kita ke dokter.sekarang kamu istirahat dulu.”perintah ibu sambil menutup badan Selly dengan selimut tebal sampai ke dagunya. Aku duduk di tepian kasur,di samping Selly.memandang wajah Selly yang kelihatan sangat pucat dan lelah.tidak seperti Selly yang biasanya. “Sel,mau kakak beliin apa?”tawar ku.tapi Selly hanya menggeleng lemah. “Selly pengen di dongengin ayah.”ungkapnya,sedih. **** Sang surya memberikan cahaya hangatnya di pagi ini.Dia di perintah tuhan untuk memberikan hari yang cerah di rabu pagi ini. Aku,sudah bersiap dengan seragam putih abu ku,dengan menggendong ransel di punggung,dan tas jinjing merah berisi baju olahraga.Hari ini seperti yang sudah di janjikan guru olahraga ku,akan di adakan test olahraga basket.Dan tentu saja aku bersemangat karena bola yang selalu bersahabat dengan keranjang itu,adalah olahraga kesukaanku. “Dika,kamu bisa nggak ke sekolahnya sama kak Tasya?”tanya ku pada Dika yang sedang asik menonton spongbob. “nggak ah,” “kasian kak Selly lagi sakit.nggak ada yang jagain di rumah.”aku berusaha membujuknya. “nggak!pokoknya nggak!!” “kakak beliin es krim magnum!”Aku teringat pada Dika yang selalu merengek minta di belikan es krim magnum jika melihat iklan es krim itu di telivisi. “sama coklat!”tawar Dika. “iya deh,tapi coklatnya terserah kakak ya!” “janji ya!”ucap Dika akhirnya. Bau amis,bau yang cukup tajam ini membuat ku menutup hidung ku rapat-rapat.Aku berjalan berjinjit menuju kamar ku,karena lantainya terasa lengket di kaki.Capek sekali rasanya,tes basket yang menyenangkan,tapi cukup melelahkan. “bu,bau apa ya ini?amis banget.”aku menghampiri ibu setelah berganti pakaian. “Rey,Selly tadi muntah darah.ibu takut banget.makanya tadi langsung ibu bawa ke rumah sakit.”ucap ibu dengan nada sedih. Berarti,bau amis ini,bau muntah selly?batinku terkejut.Baru saja Dika sembuh,sekarang giliran Selly yang sakit. “Rey,ibu mau ke rumahsakit sekarang.kamu bisa jagain rumah kan?”tanya ibu sambil mengenakan kerudung nya. “tapi,Aku juga pengen ketemu Selly.” “iya,nanti sore,kamu ke sana sama Tasya.Soalnya sekarang ayah sama Dika lagi nemenin Selly di sana.Nanti pas Tasya pulang sekolah nggak ada yang nyiapin makanan.”nasehat ibu dengan bijak. **** “Aku,menjadi hadiah dari yang hidup,kepada yang mati.” Mungkin itu sedikit penggalan puisi Kahlil Gibran yang masih ku ingat sewaktu SMP.Puisi yang mengisahkan tentang bunga,bunga yang bisa menjadi pelengkap di saat orang bersuka cita,ataupun berduka cita. Aku senang dengan puisi ini,betapa bunga sangat bermanfaat di setiap suasana.Bunga yang terkadang di petik sembarangan,tapi sangat memberikan sejuta makna yang menjadi pelengkap di segala suasana. Tapi kini,saat ini,detik ini,bunga menjadi pelengkap saat berduka. “bunga,menjadi hadiah dari hidup kepada yang mati” Bunga,menjadi hadiah dari ku kepada Selly.Air mataku mengalir tiada henti. Sore tadi,setibanya aku dan Tasya di rumah sakit,Ibu,Ayah,dan Dika,sedang menatap erat dan membisikkan kalimat syahadat di telinga Selly.Hanya beberapa menit,setelah itu senyuman manis dengan lesung pipi menghiasi sakaratul mautnya.Indah.Tapi tidak seindah hati kami yang sangat kehilangan Selly.gadis cengeng yang selalu riang.lesung pipi yang muncul jika tersenyum,kini tidak ada lagi. Dokter mengatakan kalau ternyata selama ini Selly mengidap penyakit paru-paru.Gadis manis itu tidak pernah mengeluh apa pun tentang penyakitnya,dia juga tidak pernah memperlihatkan sedikit pun rasa sakitnya. Belum sempat Selly merasakan kasih sayang yang adil dari Ayah,Tuhan sudah memanggilnya.Memanggil untuk merasakan amat indahnya kasih sayang tuhan.Tuhan yang maha adil tidak akan pernah PKS terhadap hamba-NYa. Selly,mungkin tidak bisa merasakan kasih sayang ayah sepenuhnya,tapi Selly bisa merasakan kasih sayang Tuhan sepenuhnya.Dia,tidak akan pernah PKS. “Bunga,telah menjadi hadiah dari yang hidup,kepada yang mati. Lalu,tangis Ayah meledak seiring kain putih menutupi wajah manis Selly.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Architecture. Powered by Blogger